Sunan Kalijaga - Materi SKI Kelas 6 MI Semester 2

Biografi Sunan Kalijaga

Untuk memudahkan membaca materi ini, klik tombol Tabel of Centents di sebelah kanan.

Sunan kalijaga
sunan kalijaga
Raden Sahid atau Sunan Kalijaga adalah putra Tumenggung Wilatikta. Kakeknya bernama Aria Teja atau Abdurrahman, seorang keturunan Arab yang bersambung silsilahnya dengan Saydina Abbas bin Abdul Mutalib, paman Rasulullah Saw. Raden Sahid dididik dalam lingkungan keluarga ibunya, Putri Nawangarum yang berasal dari keluarga Bupati Tuban, Pemahamannya tentang sastra Jawa membuatnya mahir dan kelak meyampaikan dakwah lewat seni budaya.

Di usia remaja, Raden Sahid tumbuh menjadi ilmuan silat, dan remaja yang kontroversi di mata orang Tuban. Sisi lain Raden Sahid, ia banyak bergaul dengan rakyat jelata meski ia seorang putra bangsawan. Rupanya ia menyaksikan korupsi para pejabat pemerintahan yang memungut upeti kepada rakyat jelata. Melihat kondisi ini, Raden Sahid memperhatikan para pejabat yang sewenang-wenang atas kekuasaannya hingga mengambil paksa sebahagian harta mereka untuk diberikan kepada orang-orang yang membutuhkan. Apa yang dilakukan Raden Sahid diketahui ayahnya dan diusir agar hengkang dari rumah dan tinggal di hutan Jati Sari. Orang-orang di sekitarnya mengenalnya dengan julukan lokajaya.

Perubahan drastis dalam pribadinya terjadi ketika ia merampas tongkat Sunan Bonang yang berdaun emas. Sunan Bonang menyayangkan sikap baiknya yang memberi rakyat jelata dari hasil pengambilan paksa harta orang lain. Kemudian Sunan Bonang menasehatinya “bagai berwudhu dengan air kencing” tindakannya yang berniat baik tetapi dilakukan dengan perbuatan kotor. Sunan Bonang pun menunjukkan kemampuannya mengubah buah aren menjadi emas. Peristiwa ini membuat Raden Sahid menyesali perbuatannya, belajar dan berusaha menjadi manusia yang agung sampai diangkat menjadi salah satu anggota Wali Songo. Nama Kalijaga dikaitkan dengan cerita perjalanannya bersama Syekh Siti Jenar ke beberapa tempat di Jawa untuk membersihkan tempat-tempat angker yang menjadi tempat pemujaan Dewa.

Ia mengawali dakwahnya di wilayah Cirebon, di desa Kalijaga untuk mengislamkan penduduk Indramayu dan Pamanukan. Setelah cukup lama berdakwah Sunan Kalijaga melakuka uzlah atau mengasingkan diri untuk beribadah selama tiga bulan di pulau Upih, Melaka, Malasyia. Kemudian melanjutkan kembali dakwahnya selama beberapa tahun menyiarkan Islam di Cirebon. Mula-mula ia menyamar sebagai marbot masjid Sang Cipta Rasa. Di masjid inilah ia bertemu Sunan Gunung Jati. Kemudian menikahkannya dengan Siti Zainab adik dari Sunan Gunung Jati.

Pernikahannya dengan Siti Zaenab, putri Syekh Datuk Abdul Jalil atau Syekh Siti Jenar, memiliki putra bernama Watiswara yang dikenal dengan Sunan Panggung, dan Sunan Panggunglah yang melanjutkan dakwahnya kelak.

Dakwah Sunan Kalijaga dalam mengembangkan Islam banyak melalui pertunjukan wayang sebagai dalang yang populer. Ia berkeliling dari satu tempat ke tempat yang lain mulai dari daerah kekuasaan Pajajaran hingga Majapahit. Sebagai imbalan dari warga yang ingin mengundangnya sebagai dalang dalam pertunujkan, upahnya cukup dengan membaca dua kalimat syahadat, dan tidak dipungut biaya sama sekali. Sunan Kalijaga juga merancang pakaian, dan merancang alat-alat pertanian.

Makam Sunan Kalijaga terletak di desa Kadilangu, kota Demak. Tak ada catatan dari naskahyang menceritakan tahun wafatnya. Ia merupakan tokoh yang berusia lanjut, mengalami tiga zaman sekaligus, Majapahit, Demak, Pajang hingga Mataram. Sunan Kalijaga dianggap sebagai pelindung kerajaan Mataram dan menjadi penasihat dalam kebijakan para sultan.

Peran Sunan Kalijaga dalam Mengembangkan Islam di Indonesia

Kalian sudah menegatahui biografi singkat dari Sunan Kalijaga. Lalu bagaimana peran Sunan Kalijaga Dalam mengembangkan Islam di Indonesia, khususnya di pulau Jawa, Sunan Kalijaga memainkan peran penting yang menjadikan pemeluk Islam semakin meluas, yaitu:

1. Menanamkan nilai-nilai Islam melalui Seni Wayang

Di Masa Majapahit, pertunjukan wayang berkaitan dengan kegiatan keagamaan Hindu-Budha, dan menjadi sarana komunikasi yang efektif dengan masyarakat.karena itu, Sunan Kalijaga berdakwah melalui pendekatan seni dan kearifan lokal.Dalam perkembangannya, Sunan Kalijaga dan anggota Wali Songo lainnya mereformasi seni pertunjukan wayang berdasarkan aturan yang disepakati bersama, diantaranya:

  • Seni Wayang perlu diteruskan dengan perubahan-perubahan sesuai zaman.
  • Bentuk wayang berupa arca-arca harus dirubah
  • Merubah cerita dewa menjadi cerita yang mengandung jiwa Islam
  • Cerita wayang berisi keimanan, ibadah,ahlak, dan sopan santun
  • Pegelaran wayang diselenggarakan dengan tata cara sopan santun jauh dari maksiat

Salah satu contoh perubahan cerita yang diterapkan Wali Songo misalnya,cerita dewa-dewa yang menjadi tokoh sesembahan diubah menjadi susunan silsilah keturunan Nabi Adam dari jalur Nabi Syits, begitu juga, tokoh-tokoh yang diidolakan dalam ajaran kapitayan, seperti Semar, Petruk, Nala Gareng, dan Bagongdimunculkan sebagai punakawan yang mampu mengalahkan dewa-dewa Hindu.Sunan Kalijaga tampil dengan kepiawaiannya sebagai dalang, berkeliling ke berbagai daerah menjadikan Islam berkembang dan meluas di Nusantara.

2. Mengubah Tradisi, Budaya, dan Kearifan Lokal

Melalui pendekatan kebudayaan dalam wayang, tembang-tembang danakulturasi arsitektur Masjid, Sunan Kali Jaga mampu mendapatkan simpati dan tempat terbaik di hati para pengikutnya. Hal ini membuktikan bahwa proses Islam di Nusantara yang menggabungkan kebudayaan lokal dan Islam sudah berlansung lama.

Tembang atau puisi tradisional Jawa, telah dijadikan media dakwah oleh Sunan Kalijaga. Beberapa tembang cukup dikenal masyarakat Jawa seperti Rumeksa Ing Wengi, tembang lir-ilir memuat ajaran spiritual.

Dalam Pembangunan Masjid Agung Demak seiring berdirinya KerajaanDemak tahun 1479 M melibatkan para Wali Songo. Sunan Kalijaga, adalah tokoh yang ikut terlibat langsung dalam pembangunan Masjid Agung Demak. Selainsebagai tempat ibadah arsitektur Masjid Demak berupa atap tumpang berbentuk limas, dan bersusun tiga, merupakan akulturasi arsitektur Islam dan Hindu-Budha sebagai kearifan lokal dalam mempertahankan kebudayaan Nusantara.

Sunan Kalijaga Lir ilir

Sikap Positif dalam pribadi Sunan Kalijaga

Dalam usaha menyebarkan dan mengembangkan dakwah Islam di Indonesia, Sunan Kalijaga patut menjadi teladan dalam sikap Positif yang ditunjukkan, antara lain:

1.Tekun, istikamah, dan toleran

Usia yang panjang bagi Sunan Kalijaga, memberikan waktu luang baginyamengabdikan diri menyebarkan Islam. Penyebaran Islam yang cukup meluas di tangan Sunan Kalijaga dan Wali Songo lainnya, dikarenakan ketekunannyaberkeliling dakwah dari satu daerah ke daerah lain dengan pendekatan seni budaya dan kebijaksaannya menyampaikan ajaran Islam dengan cara santun, toleran tanpa paksaan. Kedatangannya menjadi dalang di sejumlah daerah tanpa mengharap upah.baginya, ucapan dua kalimah syahadat menjadi upah yang tak ternilai harganya.

2. Seniman kreatif punya banyak ide dan gagasan

Berbagai peninggalan bersejarah seperti gubahan tembang, karya suluk,rancangan dan lakon wayang kulit, permainan tradisonal formasi alat-alat gamelan, rancangan alat-alat pertanian dan sumbangsih terhadap ketatan negaraan yang baik, merupakan sikap hidup bernilai Positif untuk diteladani. Sosoknya yang menjadi kreator atas perubahan wayang, menuangkan ide-ide guna pengembangan Islam patut menjadi contoh bagi muslim Indonesia untuk terus berinovasi demi kemajuan umat manusia.

Salah satu contoh tembang Sunan Kalijaga yaitu Kidung Rumekso Ing Wengi :

Teguh hayu luputa ing lara luputa bilahi kabeh
jim setan datan purun
paneluhan tan ana wani
niwah panggawe ala
gunaning wong luput
geni atemahan tirta
maling adoh tan ana ngarah ing mami guna duduk pan sirno

Tembang dalam bahasa Jawa ini dilantunkan sebagai pengantar tidur bagi seorang bayi yang ada di gendongan, berisi doa permohonan kepada Allah Swt. agar dijauhkan dari segala gangguan dan godaan.

Rangkuman

  1. Raden Sahid atau Sunan Kalijaga adalah putra Tumenggung Wilatikta yang bersambung silsilahnya dengan Saydina Abbas bin Abdul Mutalib, paman Rasulullah Saw.
  2. Belajar ilmu agama kepada Sunan Bonang dan Syekh Siti Jenar.
  3. Berperan penting dalam menanamkan nilai-nilai Islam melalui Seni Wayang , tembang, dongeng, dan permainan anak. Serta mempertahankan tradisi, budaya dan kearifan lokal.
  4. Sunan Kalijaga adalah sosok yang tekun, istikamah , toleran, dan seorang seniman yang kaya dengan gagasan dalam mengembangkan Islam di zamannya.